1. Dari Abu Hurairah r.a., Nabi saw. bersabda, “Seandainya aku
mempunyai emas sebesar gunung Uhud, sungguh aku gembira apabila ia tidak
tertinggal di sisiku selama tiga malam, kecuali aku sediakan untuk
membayar utang.” (Bukhari)
2. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa
Nabi saw. bersabda, “Ketika seorang hamba berada pada waktu pagi, dua
malaikat akan turun kepadanya, lalu salah satu berkata, ‘Ya Allah,
berilah pahala kepada orang yang menginfakkan hartanya.’ Kemudian
malaikat yang satu berkata, ‘Ya Allah, binasakanlah orang-orang yang
bakhil.” (Muttafaq ‘Alaih).
3. Dari Abu Umamah r.a., Nabi saw.
bersabda, “Wahai anak Adam, seandainya engkau berikan kelebihan dari
hartamu, yang demikian itu lebih baik bagimu. Dan seandainya engkau
kikir, yang demikian itu buruk bagimu. Menyimpan sekadar untuk keperluan
tidaklah dicela, dan dahulukanlah orang yang menjadi tanggung jawabmu.”
(Muslim).
4. Dari Uqbah bin Harits r.a., ia berkata, “Saya
pernah shalat Ashar di belakang Nabi saw., di Madinah Munawwarah.
Setelah salam, beliau berdiri dan berjalan dengan cepat melewati bahu
orang-orang, kemudian beliau masuk ke kamar salah seorang istri beliau,
sehingga orang-orang terkejut melihat perilaku beliau saw. Ketika
Rasulullah saw. keluar, beliau merasakan bahwa orang-orang merasa heran
atas perilakunya, lalu beliau bersabda, ‘Aku teringat sekeping emas yang
tertinggal di rumahku. Aku tidak suka kalau ajalku tiba nanti, emas
tersebut masih ada padaku sehingga menjadi penghalang bagiku ketika aku
ditanya pada hari Hisab nanti. Oleh karena itu, aku memerintahkan agar
emas itu segera dibagi-bagikan.” (Bukhari).
5. Dari Abu Hurairah
r.a., ia berkata bahwa seseorang telah bertanya kepada Nabi saw., “Ya
Rasulullah, sedekah yang bagaimanakah yang paling besar pahalanya?”
Rasulullah saw. bersabda, “Bersedekah pada waktu sehat, takut miskin,
dan sedang berangan-angan menjadi orang yang kaya. Janganlah kamu
memperlambatnya sehingga maut tiba, lalu kamu berkata, ‘Harta untuk Si
Fulan sekian, dan untuk Si Fulan sekian, padahal harta itu telah menjadi
milik Si Fulan (ahli waris).” (H.r. Bukhari, Muslim).
6. Abu
Hurairah r.a. berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda,
“Seorang laki-laki dari Bani Israil telah berkata, ‘Saya akan
bersedekah.’ Maka pada malam hari ia keluar untuk bersedekah. Dan ia a
telah menyedekahkannya (tanpa sepengetahuannya) ke tangan seorang
pencuri. Pada keesokan harinya, orang-orang membicarakan peristiwa itu,
yakni ada seseorang yang menyedekahkan hartanya kepada seorang pencuri.
Maka orang yang bersedekah itu berkata, “Ya Allah, segala puji bagi-Mu,
sedekah saya telah jatuh ke tangan seorang pencuri.” Kemudian ia
berkeinginan untuk bersedekah sekali lagi. Kemudian ia bersedekah secara
diam-diam, dan ternyata sedekahnya jatuh ke tangan seorang wanita (ia
beranggapan bahwa seorang wanita tidaklah mungkin menjadi seorang
pencuri). Pada keesokan paginya, orang-orang kembali membicarakan
peristiwa semalam, bahwa ada seseorang yang bersedekah kepada seorang
pelacur. Orang yang memberi sedekah tersebut berkata, “Ya Allah, segala
puji bagi-Mu, sedekah saya telah sampai ke tangan seorang pezina.” Pada
malam ketiga, ia keluar untuk bersedekah secara diam-diam, akan tetapi
sedekahnya sampai ke tangan orang kaya. Pada keesokan paginya,
orang-orang berkata bahwa seseorang telah bersedekah kepada seorang
kaya. Orang yang telah memberi sedekah itu berkata, “Ya Allah, bagi-Mu
segala puji. Sedekah saya telah sampai kepada seorang pencuri, pezina,
dan orang kaya.” Pada malam berikutnya, ia bermimpi bahwa sedekahnya
telah dikabulkan oleh Allah swt. Dalam mimpinya, ia telah diberitahu
bahwa wanita yang menerima sedekahnya tersebut adalah seorang pelacur,
dan ia melakukan perbuatan yang keji karena kemiskinannya. Akan tetapi,
setelah menerima sedekah tersebut, ia berhenti dari perbuatan dosanya.
Orang yang kedua adalah orang yang mencuri karena kemiskinannya. Setelah
menerima sedekah tersebut, pencuri tersebut berhenti dari perbuatan
dosanya. Orang yang ketiga adalah orang yang kaya, tetapi ia tidak
pernah bersedekah. Dengan menerima sedekah tersebut, ia telah mendapat
pelajaran dan telah timbul perasaan di dalam hatinya bahwa dirinya lebih
kaya daripada orang yang memberikan sedekah tersebut. Ia berniat ingin
memberikan sedekah lebih banyak dari sedekah yang baru saja ia terima.
Kemudian, orang kaya itu mendapat taufik untuk bersedekah.” (Kanzul)
Klik menuju website PPPA, Klik disini
7. Dari Ali r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Segeralah bersedekah, sesungguhnya musibah tidak dapat melintasi sedekah.” (Razin)
8.
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Sedekah itu tidak
akan mengurangi harta. Allah swt. akan menambah kemuliaan kepada
hamba-Nya yang pemaaf. Dan bagi hamba yang tawadhu’ karena Allah swt.,
Allah swt. akan mengangkat (derajatnya). (Muslim)
Klik menuju website invesasi DUNIA & AKHIRAT, Klik disini
9.
Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Nabi saw. bersabda, “Ketika seseorang
sedang berada di padang pasir, tiba-tiba ia mendengar suara dari awan,
‘Curahkanlah ke kebun Fulan.’ Maka bergeraklah awan itu, kemudian turun
sebagai hujan di suatu tanah yang keras berbatuan. Lalu, salah satu
tumpukan dari tumpukan bebatuan tersebut menampung seluruh air yang baru
saja turun, sehingga air mengalir ke suatu arah. Ternyata, air itu
mengalir di sebuah tempat di mana seorang laki-laki berdiri di tengah
kebun miliknya sedang meratakan air dengan cangkulnya. Lalu orang
tersebut bertanya kepada pemilik kebun, “Wahai hamba Allah, siapakah
namamu?” Ia menyebutkan sebuah nama yang pernah didengar oleh orang yang
bertanya tersebut dari balik mendung. Kemudian pemilik kebun itu balik
bertanya kepadanya, “Mengapa engkau menanyakan nama saya?” Orang itu
berkata, “Saya telah mendengar suara dari balik awan, ‘Siramilah tanah
Si Fulan,’ dan saya mendengar namamu disebut. Apakah sebenarnya amalanmu
(sehingga mencapai derajat seperti itu)?” Pemilik kebun itu berkata,
“Karena engkau telah menceritakannya, saya pun terpaksa menerangkan
bahwa dari hasil (kebun ini), sepertiga bagian langsung saya sedekahkan
di jalan Allah swt., sepertiga bagian lainnya saya gunakan untuk
keperluan saya dan keluarga saya, dan sepertiga bagian lainnya saya
pergunakan untuk keperluan kebun ini.” (Muslim).
10. Dari Abu
Hurairah r.a., Nabi saw. bersabda, “Seorang wanita pezina telah diampuni
dosanya karena ketika dalam perjalanan, ia melewati seekor anjing yang
menengadahkan kepalanya sambil menjulurkan lidahnya hampir mati karena
kehausan. Maka, wanita tersebut menanggalkan sepatu kulitnya, lalu
mengikatkannya dengan kain kudungnya, kemudian anjing tersebut diberi
minum olehnya. Maka dengan perbuatannya tersebut, ia telah diampuni
dosanya.” Seseorang bertanya, “Adakah pahala bagi kita dengan berbuat
baik kepada binatang?” Beliau saw. menjawab, “Berbuat baik kepada setiap
yang mempunyai hati (nyawa) terdapat pahala.” (Muttafaq ‘alaih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar