ABSTRAK
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses
penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.
Dengan
demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan
yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari
pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat,
implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan
serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus
dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness.
Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal
ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam
perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka. Dalam
hal ini, perawat dituntut untuk memahami produk-produk tersebut dengan
baik sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien. Pada dasarnya, pemilihan produk yang tepat harus
berdasarkan pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort), keamanan (safety). Secara umum, perawatan luka yang berkembang pada saat ini lebih ditekankan pada intervensi yang melihat sisi klien dari berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, ekonomi, dan sosial.
A.PENDAHULUAN
Pengkajian
holistic pasien harus dilakukan berkaitan dengan pengkajian luka yang
bukan hanya menentukan mengapa luka itu ada namun juga menemukan
berbagai factor yang dapat menghambat penyembuhan luka ( Carville K, 1998
).Pengkajian penting untuk menentukan kemajuan atau memburuknya luka.
Klien luka membutuhkan pengkajian kulit konpherensif dan riwayat
kesehatan serta analisa terhadap kemungkinan penyebab dan ko-faktor.
Cooper D, Dalam buku Acute and Chronic Wound, 1992, Menyatakan bahwa pengkajian luka selayaknya memenuhi persyaratan berikut :
v Harus akurat
v Harus dilakukan dengan interval regular
v Meliputi evaluasi pada luka dan kulit sekitar luka ( Periwound skin )
v Digunakan untuk menentukan pengambilan keputusan terapi luka.
v Memberikan data dasar untuk mengevaluasi proses perbaikan luka
Pengkajian dapat dilakukan saat pasien masuk rumah sakit ( on admission
) atau kunjungan dan saat ditemukan adanya perubahan kondisi luka.
Monitor luka dilakukan saat Ganti balutan. Balutan yang diaplikasikan
untuk beberapa hari tidak perlu dilepas hanya untuk tujuan memonitor
luka, Kecuali ada
bocoran
balutan, bengkak dan nyeri atau erithema yang berkembang disekitar
balutan. Jika ganti balutan tidak diindikasikan, maka kulit dan sekitar
luka harus dimonitor, diobservasi dan didokumentasikan.
Pengkajian
riwayat pasien harus dilakukan secara teliti. Perawat harus
mengevaluasi setiap pasien dan lukanya melalui identifikasi terhadap hal
berikut ( Houtle TL, 2003 ; hal 37-38) :
v Penyebab luka ( truma, tekanan, neuropati diabetes, pemaparan bahan kimia, Insufiensi vena, insufiensi arteri atau iskemia.
v Riwayat penatalaksanaan luka terakhir atau saat ini.
v Usia pasien
v Durasi luka ( <12 minggu) atau kronis (>12 minggu).
v Kecukupan saturasi oksigen ( gunakan tes non-invasif jika ada).
v Identifikasi
factor-faktor sistemik yang mempengaruhi penyembuhan luka seperti
obat-obatan yang mempengaruhi penyembuhan ( missal : prednisone,
tamoxifen, NSAID ).
v Data laboratorium (kadar albumin, pre-albumin dan darah lengkap dengan diferensial, jumlah limfosit total).
v Penyakit
akut dan kronis, kegagalan multi-sistem : penyakit jantung, penyakit
vaskuler perifer, anemia berat, diabetes, gagal ginjal, sepsis,
dehidrasi, gangguan pernafasan yang membahayakan, malnutrisi atau
Kaheksia
v Faktor-faktor
lingkungan seperti distribusi tekanan, gesekan dan shear pada jaringan
yang dapat menciptakan lingkungan yang meningkatkan kelangsungan hidup
jaringan dan mempercepat penyembuhan luka. Observasi dimana pasien
menghabiskan harinya ditempat tidur? Dikursi roda? Apakah terjadi
shearing selama memindahkan pasien dari satu tempat ketempat lain?
Apakah sepatu pasien terlalu ketat? Apakah pipaoksigen pasien diletakkan
diatas telinga tanpa diberi alas?
Parameter Fisiologi yang menentukan POTENSI PENYEMBUHAN LUKA
Parameter Measuement approach
Status Oksigen Transcutaneous oksigen
Status Bakteri Biopsi jaringan dan Kultur exudat
Complience vaskuler Ankle-brachial index
Neuropati Test Monofilament
B.PENGANTAR MATERI
1.DEFINISI LUKA, KLASIFIKASI DAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan. Luka
ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses
penyembuhan dan lama penyembuhan. Adapun berdasarkan sifat yaitu : abrasi, kontusio, insisi, laserasi, terbuka, penetrasi, puncture, sepsis, dll. Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi: superfisial, yang melibatkan lapisan epidermis; partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai ke tulang. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi beberapa bagian, yaitu:
Healing by primary intention
Jika
ada kehilangan jaringan minimal dan kedua tepi luka dirapatkan dengan
suture ( benang), clips (anggrave), tissue glue, atau tape (plester),
Penyembuhan melalui epithelisasi dan deposisi jaringan konektif dan
jaringan parut minimal.
Healing by secondary intention
Penyembuhan
luka terlambat karena kehilangan jaringan yang luas. Penyembuhan
melalui proses pertumbuhan jaringan granulasi, kontraksi dan
epithelisasi. Jaringan parut (scar) cukup luas
Delayed primary intention (Intense primer lambat)
Jika
luka terinfeksi atau mengandung benda asing dan terdapat edema/hematoma
yang membutuhkan pembersihan intensif. Luka selanjutnya ditutup secara
primer dengan jahitan suture pada 3 – 5 hari kemudian. Bagian tengah
luka akan diisi oleh jaringan granulasi.
Skin Graft
Cangkok
kulit (skin graft) ketebalan parsial atau penuh digunakan untuk
mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi resiko infeksi.
Flap
Pembedahan relokasi kulit dan jaringan subkutan ke luka yang berasal dari jaringan terdekat
Berdasarkan
klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua
yaitu: akut dan kronis. Luka akut adalah berbagai jenis luka yang sembuh
melalui intensi primer atau luka traumatik atau luka bedah yang sembuh
melalui intensi sekunder dan melalui proses perbaikan yang tepat waktu
dan mencapai hasil pemulihan integritas anatomis, penyembuhan
diperkirakan dalam jangka waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah
segala jenis luka dimana terjadi proses perbaikan jaringan tidak sesuai
dengan waktu yang telah diperkirakan (delayed healing) dan penyembuhan
mengalami komplikasi, terhambat baik oleh faktor intrinsik maupun
ekstrinsik yang berpengaruh kuat pada individu, luka atau lingkungan dan
mungkin berlangsung > 4 – 6 minggu.
2.ETILOGI LUKA
Penyebab Lokasi Karakteristik
Tekanan Tonjolan tulang pada pasien dengan Stage I – IV
keterbatasan mobilitas
Shear Kulit yang terpapar permukaan matras/ Superfisial/dermal-epidermis terpisah
kursi roda pada pasien dengan Hematoma
keterbatasan mobilitas/ turgor kulit buruk
Kelembaban Area yang resiko tinggi lembab Maserasi, erosi superfisial epidermis
Kimiawi Area yang terpapar urine, feces atau Superfisial ( epidermal, superfisial dermal )
drainase
Hipertensi Vena Kaki Hiperpigmentasi, edema, luka exudatif,
Vena varicose
Iskemia Ujung jari kaki, extremitas bawah, area Jaringan sekitar dingin dan pucat
trauma Nadi kecil/ tidak ada
Pengisian kapiler lambat
Neuropathi kehilangan sensori yang terpapar Berkaitan dgn posisi abnormal, lubang luka
trauma/ tekanan ( kaki/tumit ) kecil namun ada tunnel, kerusakan jaringan
Yang luas.
3.KEHILANGAN JARINGAN
Kehilangan jaringan menggambarkan kedalaman kerusakan jaringan atau berkaitan dengan stadium kerusakan jaringan kulit.
§ Superfisial : Luka sebatas epidermis
§ Parsial ( Partial-thickness ) ; Luka meliputi epidermis dan dermis
§ Penuh
( Full-thickness ) : Luka meliputi epidermis, dermis dan jaringan
subcutan bahkan dapat melibatkan otot, tendon dan tulang.
4.PENAMPILAN KLINIS ( Warna Dasar luka )
Luka
terdiri dari kombinasi jenis jaringan dan harus dideskripsikan dalam
persentase (%), Misal : 50% escar, 25% slough da 25% jaringan granulasi.
Warna, Konsistensi dan perlekatan jaringan nekrotik didasar luka harus
catat.
Jenis jaringan luka yang dimaksud adalah :
a. Nekrotik
atau hitam : escar yang keras, necrotik dan avaskuler, mungklin kering
atau lembab. Jaringan yang telah mati dan kehilangan aktifitas fisik dan biologisnya. Warna mungkin hitam, hitam kecoklatan atau hitam kehijauan.
b. Sloughy
atau kuning : jaringan mati/avaskuler yang fibrous dan lunak (slough)
yang melekat secara kuat atau longgar didasar luka. Warna dasar mungkin
kuning, kuning kecoklatan, kuning kehijauan atau kuning pucat. Kondisi
luka ini cenderung terkontaminasi, terkolonisasi atau terinfeksi.
c. Granulasi
atau merah : jaringan granulasi sehat. Warna dasar luka adalah merah
tua/terang, tampak seperti sekumpulan buah berry, lembab, vaskularisasi
baik dan mudah berdarah.
d. Epithelisasi
atau Pink : terjadi epithelisasi. Warna dasar luka adalah merah-murah
(pink), tidak adaexudat. Merupakan indikator penyembuhan luka.
e. Terinfeksi atau kehijauan : terdapat tanda-tanda klinis infeksi seperti nyeri, panas, bengkak, kemerahan dan peningkatan exudat
5.PROSES PENYEMBUHAN LUKA
A. Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang tindih (overlap)
B. Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab luka tersebut
C. Fase penyembuhan luka :
Fase inflamasi :
§ Hari ke 0-5
§ Respon segera setelah terjadi injuri à pembekuan darah à untuk mencegah kehilangan darah
§ Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
§ Fase awal terjadi haemostasis
§ Fase akhir terjadi fagositosis
§ Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
Fase proliferasi or epitelisasi
§ Hari 3 – 14
§ Disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka à luka nampak merah segar, mengkilat
§ Jaringan
granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh
darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid
§ Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka
§ Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi
Fase maturasi atau remodelling
-Berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun
-Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan
kekuatanjaringan (tensile strength)
-Terbentuk jaringan parut (scar tissue) Ã 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya
Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan
6.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENYEMBUHAN LUKA
- Status Imunologi
- Kadar gula darah (impaired white cell function)
- Hidrasi (slows metabolism)
- Nutritisi
- Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema)
- Suplai oksigen dan vaskularisasi
- Nyeri (causes vasoconstriction)
- Corticosteroids (depress immune function)
PENGKAJIAN LUKA PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Kondisi luka
§ Warna dasar luka
· Slough (yellow)
· Necrotic tissue (black)
· Infected tissue (green)
· Granulating tissue (red)
· Epithelialising (pink)
§ Lokasi ukuran dan kedalaman luka
§ Eksudat dan bau
§ Tanda-tanda infeksi
§ Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban
§ Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung
2. Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin
3. Status vascular : Hb, TcO2
4. Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan yang lain
5. Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya
PERENCANAAN
A. Pemilihan Balutan Luka
Balutan luka (wound dressings)
secara khusus telah mengalami perkembangan yang sangat pesat selama
hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan
adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada
tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:
1. Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.
2. Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.
3. Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.
4. Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor
berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum
dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat
terbentuk dalam likungan yang lembab.
5. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.
Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka harus memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:
1. Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)
2. Kemampuan
balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko
terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)
3. Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)
4. Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan
5. Kemampuan
atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic
ke seluruh bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)
Dasar pemilihan terapi harus berdasarkan pada :
Apakah suplai telah tersedia?
Bagaimana cara memilih terapi yang tepat?
Bagaimana dengan keterlibatan pasien untuk memilih?
Bagaimana dengan pertimbangan biaya?
Apakah sesuai dengan SOP yang berlaku?
Bagaimana cara mengevaluasi?
B.Jenis-jenis balutan dan terapi alternative lainnya
1. Film Dressing
Semi-permeable primary atau secondary dressings
Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive
Conformable, anti robek atau tergores
Tidak menyerap eksudat
Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi
Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak
Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm
2. Hydrocolloid
Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers
Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough
Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis
Waterproof
Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal
Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV
Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel
3. Alginate
Terbuat dari rumput laut
Membentuk gel diatas permukaan luka
Mudah diangkat dan dibersihkan
Bisa menyebabkan nyeri
Membantu untuk mengangkat jaringan mati
Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita
Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat
Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering
Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan
4. Foam Dressings
Polyurethane
Non-adherent wound contact layer
Highly absorptive
Semi-permeable
Jenis bervariasi
Adhesive dan non-adhesive
Indikasi : eksudat sedang s.d berat
Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam
Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva
5. Terapi alternatif
Zinc Oxide (ZnO cream)
Madu (Honey)
Sugar paste (gula)
Larvae therapy/Maggot Therapy
Vacuum Assisted Closure
Hyperbaric Oxygen
IMPLEMENTASI
A. Luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound)
Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough tissue)
Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat
Untuk merangsang granulasi
Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates dan hydrofibre dressing
B. Luka Nekrotik
Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar)
Berikan lingkungan yg kondusif u/autolisis
Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
Hydrogels, hydrocolloid dressings
C. Luka terinfeksi
Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan luka
Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka
Wound culture – systemic antibiotics
Kontrol eksudat dan bau
Ganti balutan tiap hari
Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver dressings
D. Luka Granulasi
Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru, jaga kelembaban luka
Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
Moist wound surface – non-adherent dressing
Treatment overgranulasi
Hydrocolloids, foams, alginates
E. Luka epitelisasi
Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-surfacing”
Transparent films, hydrocolloids
Balutan tidak terlalu sering diganti
F. Balutan kombinasi
Tujuan
|
Tindakan
|
Rehidrasi
|
Hydrogel + film
atau hanya hydrocolloid
|
Debridement (deslough)
|
Hydrogel + film/foam
Atau hanya hydrocolloid
Atau alginate + film/foam
Atau hydrofibre + film/foam
|
Manage eksudat sedang
s.d berat
|
Extra absorbent foam
Atau extra absorbent alginate + foam
Atau hydrofibre + foam
Atau cavity filler plus foam
|
EVALUASI DAN MONITORING LUKA
Dimensi luka : size, depth, length, width
Photography
Wound assessment charts
Frekuensi pengkajian
Plan of care
DOKUMENTASI PERAWATAN LUKA
- Potential masalah
- Komunikasi yang adekuat
- Continuity of care
- Mengkaji perkembangan terapi atau masalah lain yang timbul
- Harus bersifat faktual, tidak subjektif
- Wound assessment charts
KESIMPULAN
- Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat memberikan nilai optimal jika digunakan secara tepat
- Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan pasien
- Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk menunjang perawatan luka yang berkualitas
REFERENSI :
1. http://www.podiatrytoday.com/article/1894
2. Georgina Casey, Modern Wound Dressings. Nursing Standard, Oct 18-Oct 24, 2000:15,5: Proquest Nursing & Allied Health Search
3. Kathleen Osborn, Nursing Burn Injuries. Nursing Management; May 2003; 34,5: Proquest Nursing & Allied Health Search
4. Madelaine Flanagan, Managing Chronic Wound Pain in Primary Care. Practice Nursing; Jun 23, 2006; 31, 12; ABI/INFORM Trade & Industry
5. Maureen Benbow, Healing and Wound Classification. Journal of Community Nursing; Sep 2007; 21,9; Proquest Nursing & Allied Health Search
6. Ritin
Fernandez, Rhonda Griffiths, Cheryl Ussia (2002). The Effectiveness of
Solutions, Techniques and Pressure in Wound Cleansing. The Joanna Briggs Institute for Evidence Based Nursing & Midwifery. Australia. www.joannabriggs.org.au
7. Ruth Ropper. Principles of Wound Assessment and Management. Practice Nurse; Feb 24, 2006; 31,4; Proquest Nursing & Allied Health Search
Tidak ada komentar:
Posting Komentar