Harga
bahan pangan yang mahal membuat orang miskin mengalami kekurangan gizi
dan menciptakan obesitas atau kegemukan, demikian studi Bank Dunia yang
dikeluarkan hari Kamis (28/03/2013) dikutip Deutsche Welle.“Makanan
yang tidak sehat cenderung lebih murah daripada yang sehat, seperti
junk food di negara-negara berkembang,“ kata Otaviano Canuto, wakil
presiden Bank Dunia untuk urusan pengentasan kemiskinan dan manajemen
ekonomi.
“Saat orang miskin di Negara berkembang mencoba
mengatasi harga makanan yang tinggi dan semakin tidak stabil, mereka
cenderung untuk memilih makanan murah yang tinggi kalori tapi tak punya
banyak nilai gizi.“
Harga makanan mahal
Antara Oktober
hingga Februari, harga bahan pangan secara keseluruhan turun rata-rata
empat persen, didorong oleh turunnya harga gandum sekitar 11 persen dan
gula yang turun 10 persen, akibat turunnya permintaan pasar atas gandum
dan jagung untuk dipakai sebagai bahan bakar ethanol. Selain itu,
peningkatan hasil panen juga membuat harga bahan pangan itu mulai
menurun, demikian menurut Bank Dunia.
Namun harga bahan pangan
itu masih berada dalam tingkat yang sangat tinggi dan hanya sembilan
persen lebih rendah dari harga tertinggi sepanjang sejarah pada bulan
Agustus tahun lalu.
Pada Februari ini saja, secara keseluruhan
harga naik satu persen, Kenaikan itu khususnya terjadi pada beras dan
jagung yang masing-masing naik 5 persen. Keduanya dikenal sebagai
makanan pokok di negara-negara berkembang.
Bank Dunia juga khawatir tentang “ketidakpastian” yang masih tersisa dalam soal penyediaan pangan dunia.
Tahun
lalu, harga saham dunia untuk jenis makanan cereal turun 3 persen,
sebagian didorong oleh penurunan pasokan gandum dan biji-bijian. Kondisi
kekeringan berkepanjangan di Argentina, Australia dan Afrika Selatan
juga menghambat pasokan untuk bulan-bulan mendatang.
Sementara itu, harga minyak juga naik selama tiga bulan berturut-turut, mencapai tingkat tertinggi pada bulan Februari.
Obesitas naik dua kali lipat
“Dalam
kondisi ‘normal terkini' di tengah tinggi dan tidak stabilnya harga
makanan, jutaan orang akan tetap menderita akibat gizi buruk, apakah itu
kelaparan, kekurangan gizi atau obesitas atau kegemukan yang bisa
menyebabkan kematian dini,” demikian isi laporan Bank Dunia.
Pada
tahun 2008, ada 1,46 milyar orang dewasa yang mengalami kelebihan berat
badan, termasuk diantaranya 508 juta yang mengalami obesitas.
Jumlah
itu bisa naik menjadi 2,16 milyar orang dewasa yang kelebihan berat
badan dan hampir 1,12 milyar mengalami obesitas atau naik hampir dua
kali lipat pada tahun 2030 di seluruh dunia termasuk juga di negara yang
berkembang cepat seperti China dan India, kata Bank Dunia itu sambil
menyebut bahwa itu adalah “perkiraan yang bersifat konservatif”.
“Setengah
dari jumlah orang yang kelebihan berat badan di dunia hidup di sembilan
negara: China, Amerika Serikat, Jerman, India, Rusia, Brazil, Meksiko,
Indonesia dan Turki. Ini membuktikan bahwa obesitas bukan sebuah epidemi
yang terbatas hanya ada di negara-negara kaya,” pungkas Canuto.*
Hidayatullah.com--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar